oleh

Kemenangan Demokrasi Politik

Oleh :

Drs H Iklim Cahya, MM
Ketua DPRD OI (2007-2014)
Salah seorang yg ikut berjuang memekarkan OI
 
 
PILKADA Ogan Ilir (OI), In sya Allah tanggal 23 September 2020, kelihatannya hanya akan diikuti 2 (dua) paslon. Yakni IPA sebagai bupati incumbent dan AW Noviadi atau biasa dipanggil OVI yang mantan bupati.
 
Mereka tahun 2015 berpasangan, tapi di awal pengabdian terjadi peristiwa mengejutkan, sehingga keduanya tidak lagi sejalan. Hubungan IPA dan OVI (termasuk juga MY) yg semula kawan seperjuangan berubah menjadi seperti lawan tanding. Ini berbeda dengan yang terjadi antara Romi dan Harno di Kota Palembang. 
 
Bila nanti memang mereka terbukti menjadi pesaing dalam kontestasi Pilkada OI, maka sudah terbayangkan rivalitas itu akan panas. Maklum disini gengsi, harga diri dan marwah keluarga akan dipertaruhkan. Saat ini saja setidaknya di dunia maya (medsos) sejumlah pendukung sudah saling serang. Mereka saling "menggoreng" sisi lemah kandidat masing-masing.
 
Bagi masyarakat OI sebetulnya sudah banyak yang tau tentang kelebihan dan kelemahan mereka berdua. Siapa IPA dan siapa OVI orang sudah banyak tau. Mengkritisi atau membedah kehidupan pribadi kandidat, dalam konteks mencari pemimpin sebetulnya hal yang lumrah. Bukan hanya di Indonesia sebagai negara demokrasi yang masih berkembang, di negara-negara maju pun hal seperti itu lumrah dijumpai. 
 
Membedah kehidupan pribadi kandidat,  dalam konteks animo publik, sebetulnya belum tentu efektif apalagi kalau itu isu lama yang orang sudah banyak tau. Bahkan bisa-bisa justru membuat orang berbalik menjadi simpati. Karena itu para tim sukses harus benar-benar jeli dalam mengekspose "senjata pembunuh" tersebut.
 
Sebagai pembanding, dulu dalam konteks politik nasional, salah seorang capres justru mengeksploitasi tindakan yg dikesankan sebagai penzoliman, dan itu justru menjadi animo yg kuat bagi publik untuk memilihnya. 
 
Dalam konteks Pilkada OI secara tersirat terlihat ada kelompok yg menginginkan supaya lawan gagal dalam pencalonan,  sementara di kelompok lain justru mengharapkan supaya kedua kandidat memang bertemu dalam kontestasi pilkada.
 
Kalau melihat postingan dari akun yg menamakan dirinya Arjun SJ dan Toke Dedak di gruf fb OIMP,  jelas-jelas berharap OVI tersandung di pencalonan. Tapi sebetulnya masalah bisa atau tidak,  gugur atau tidak dalam pencalonan itu sepenuhnya ranah/wewenang KPUD. Sebagai lembaga penyelenggara pemilu yg sah, KPUD tentu sudah punya standar aturan yg jelas dan kongkrit. Keputusan mereka hanya bisa dibatalkan oleh lembaga peradilan. 
 
Sementara calon incumbent selain akan dikulik masalah kehidupan pribadinya,  juga tentu yg paling disorot adalah kinerja dan prestasinya selama memerintah. Kelemahan-kelemahan yang ada pasti akan dimanfaatkan oleh lawan politik. Karena itu incumbent dan tim, sudah barang tentu berupaya memoles kinerja tersebut supaya terkesan positif di mata publik. 
 
Tentu muara penilaian itu kembali kepada publik itu sendiri. Bagi yg menilai positif sudah tentu cenderung akan memilih yang bersangkutan, tapi bagi yang menilai negatif terhadap kinerja yang ada, hampir pasti akan lari dan memilih calon pesaing. Tinggal sekarang bagaimana imaje publik sampai hari ini, mungkin survei-survei yg dilakukan oleh beberapa lembaga survei dapat menjadi cerminan. 
 
Tapi masing-masing kandidat masih ada waktu untuk menarik animo publik hingga menjelang hari H Pilkada. Siapa yang bisa menemukan cara yg ampuh untuk menarik minat masyarakat maka akan berpeluang untuk memenangi kontestasi. Tapi hati-hati jangan sampai justru upaya itu menjadi bumerang, maksud hati untuk meraih untung tau-tau hasilnya justru buntung. 
 
Kita semua tentu ingin kandidat yg dijagokan akan menang, tapi yang terpenting lagi adalah bagaimana OI tidak porak poranda hanya karena perbedaan pilihan. Kita boleh berbeda,  tapi tetap dalam konteks bersama. 
 
Memang hal itu tidak mudah, tapi kalau kita bisa bersama dalam perbedaan itu,  itulah kemenangan demokrasi politik yg sesungguhnya. 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments